Hari-hari terakhir Bush & Cheney - Refleksi hari-hari terakhir Presiden & Wapres RI
Senin, 03 Agustus 09 - oleh : Triharyo Soesilo | 0 komentar | 4821 hits
Majalah Time edisi 3 Agustus 2009 (lihat cover), menulis sebuah "piece" yang menurut saya sangat luar biasa bagusnya (silahkan baca disini). Tulisan tersebut membahas tentang "Hari-hari terakhir Presiden Bush dan Wakil Presiden Cheney". Menurut saya tulisan ini sangat berbahaya secara hukum (bisa dituntut oleh para pelakunya). Tetapi di sisi lain tulisan ini juga bisa menjadi salah satu tulisan referensi sejarah di kemudian hari. Karena didalam tulisan tersebut dibahas pertarungan bathin antara Presiden Bush dengan wakilnya Richard B Cheney (Dick Cheney), mengenai upaya pemberian grasi terhadap Lewis (scooter) Libby, chief of staff Cheney di Gedung Putih.
Bagi yang belum tahu, Libby dihukum penjara karena membocorkan rahasia negara, bahwa Valerie Plame, istri seorang diplomat Joseph Wilson, adalah seorang wanita agen CIA. Valerie inilah, yang menurut Libby memberikan informasi-informasi kepada suaminya, sehingga Joseph Wilson bisa menulis editorial-editorial di koran New York Times. Wilson sangat kerap menyerang kebijakan Presiden Bush, khususnya tentang kecolongannya informasi inteligence, disaat kebijakan memutuskan invasi ke Irak. Karena yang sebenarnya "diserbu" adalah Cheney, maka Libby sebagai chief of staff yang loyal kepada Cheney, mengambil langkah "balas dendam" dengan membocorkan rahasia negara tentang identitas asli Valerie. Pembocoran rahasia ini akhirnya terbongkar dan Libby saat ini meringkuk dalam penjara.
Menjelang pelantikan Presiden baru (Obama) pada tanggal 20 Januari 2009, seorang Presiden Amerika, yang masih menjabat, seperti Presiden Bush, masih memiliki hak-hak prerogatif untuk memberikan grasi maupun amnesti. Di hari-hari terakhir itulah terjadi pertarungan yang sangat luar biasa di Gedung putih yang kemudian diliput oleh majalah Time dalam tulisan utamanya minggu ini. Dick Cheney tentunya ingin sekali membantu dan membebaskan anak buahnya (Libby). Disisi lain, Presiden Bush tidak ingin membuat kesalahan sejarah, sehingga terjadilah pertentangan-pertentangan berikut :
Penjuangan bathin antara upaya penegakan hukum (Bush), dengan loyalitas seorang anak buah yang terjerat keputusan hukum (Cheney)
Perjuangan antara kejujuran dan kebaikan (Bush), dengan perjuangan menjaga kemerdakaan sebuah bangsa dalam melawan terorisme (Cheney)
Bagaimana hasil akhir dari pertempuran ini pada tanggal 19 Januari 2009, dan apa pertimbangan-pertimbangan Bush dalam menentukan keputusannya, silahkan baca sendiri artikelnya. Salah satu kehebatan artikel ini adalah kronologi pertarungan tersebut ditulis dengan hampir sempurna, hanya 6 bulan setelah Bush dan Cheney tidak lagi menjabat sebagai Presiden dan Wakil Presiden Amerika. Hal tersebut sangat jarang kita temui dalam sejarah Indonesia. Cobalah simak kontroversi Presiden dan Wakil Presiden RI selama ini, yang relatif masih misterius sampai hari ini :
Mohammad Hatta - Beliau menjadi Wapres setelah memproklamasikan kemerdekaan RI bersama Soekarno. Namun ketika RI beralih ke Pemerintahan Konstituante, yang secara resmi ditentukan oleh Presiden Soekarno, makaWakil Presiden Hatta mengemukakan kepada Ketua Parlemen bahwa pada tanggal l Desember 1956 ia akan meletakkan jabatannya sebagai Wakil Presiden RI. Presiden Soekarno berusaha mencegahnya, tetapi Bung Hatta tetap pada pendiriannya. Alasan-alasan sebenarnya mengapa Hatta mengundurkan diri tidak pernah ia tulis secara rinci.
Sri Sultan Hamengkubuwono IX - Pada tahun 1973 beliau diangkat sebagai Wakil presiden. Pada akhir masa jabatannya di tahun 1978, beliau menolak untuk dipilih kembali sebagai wakil presiden dengan alasan kesehatan. Seperti Hatta, Sri Sultan HB IX sampai meninggalnya tidak pernah menyampaikan alasan sebenarnya kenapa ia menolak menjadi Wapres kembali. Namun, ada rumor yang mengatakan bahwa alasan mundurnya adalah karena tidak menyukai lagi Presiden Soeharto yang represif terhadap gerakan Mahasiswa seperti Peristiwa Malari, gerakan Mahasiswa tahun 1978 dan sudah hanyut pada KKN. Hal ini beliau buktikan dengan menyupir kendaraan pribadinya kemana-mana sehari setelah tidak menjadi Wapres. Padahal alasan beliau mengundurkan diri sebagaimana disampaikan kepada Media, karena alasan kesehatan matanya.
Selama 20 tahun antara 1978 - 1998, relatif tidak ada kontroversi yang berarti antara hubungan Presiden dengan para Wapres-nya antara lain Adam Malik, Umar Wirahadikusumah, dan Try Sutrisno. Barulah di tahun 1998 disaat Habibie menjadi Wapres terjadi kontroversi yang sangat luar biasa. Tulisan tentang ini dibahas secara khusus dalam buku Autobiografi Habibie. Kontroversi tersebut masih tersisa sampai Soeharto mendekati ajalnya, dimana Soeharto sampai akhir hayatnya tetap tidak mau menemui Habibie. Sampai hari ini, tidak pernah ditulis secara rinci dari sisi Soeharto, apa alasan-alasan beliau tidak mau menemui Habibie. Komunikasi terakhir mereka adalah pada tanggal 8 Juni 1998, ketika Habibie ingin mengucapkan selamat ulang tahun melalui telpon. Soeharto menerima telpon Habibie dan menyampaikan untuk tidak menghubunginya lagi.
Megawati Soekarnoputri - Seorang tokoh kontroversial, walapun partainya PDIP memenangkan pemilu di tahun 1999, ia hanya menjadi Wapres mendampingi Presiden Abdurrahman Wahid melalui pemilihan di sidang MPR pada tahun 1999. Namun Megawati tidak harus menunggu lima tahun untuk menggantikan posisi Presiden Abdurrahman Wahid. Sidang Istimewa MPR, Senin (23/7/2001), akhirnya menaikkan statusnya menjadi Presiden, setelah Presiden Abdurrahman Wahid dicabut mandatnya oleh MPR RI. Kontroversi tentang ini masih dibahas oleh SBY saat Pemilu 2009 dalam wawancara ekslusif SBY dengan koran pendukungnya, "Jurnal Nasional". (wawancara ekslusif dan penting ini tidak pernah ada yang meng-upload di dunia maya).
Jusuf Kalla - menjadi Wapres dengan SBY sejak tahun 2004, namun sampai hari ini kita masih belum tahu apa alasan sebenarnya SBY tidak memilih kembali JK sebagai Wapresnya untuk periode 2009-2014. Mungkin dikemudian hari, SBY & JK akan menuliskan memoarnya dan menyampaikan alasan-alasan yang sebenarnya.
Soekarno selalu mengingatkan kepada generasi muda untuk "JASMERAH" - "Jangan sekali-kali melupakan sejarah". Tetapi menurut saya, "Jasmerah" ini harus dibarengi dengan para pelaku sejarah juga menuliskan pengalamannya secara jujur.