Semua orang tua pasti menginginkan anak-anaknya menjadi sukses. Inilah 5 (lima) kiat-kiat yang dilakukan orang tua angkat Steve Jobs, dalam membesarkan sang calon inovator dunia, yang saya coba sarikan dari buku biografi resmi Steve Jobs, dengan judul ”Steve Jobs”, tulisan Walter Isaacson (foto cover).
Sedikit prolog. Ibu Steve Jobs yang asli, Joanne Schieble, seorang penganut agama katolik, tidak bisa menikah dengan kekasihnya Abdulfattah Jandali, karena ia seorang warga negara Suriah dan beragama Islam. Jika perkawinan tersebut dipaksakan, maka Joanne akan disingkirkan oleh keluarganya. Sewaktu bayi dari kedua pasangan ini lahir di luar nikah, ayah Joanne Schieble kebetulan sedang menderita sakit keras. Sehingga Joanne tidak berani menyampaikan berita tentang kelahiran bayinya tersebut, kepada seluruh keluarga Schieble. Akhirnya sang bayi kemudian dititipkan untuk diadopsi oleh pasangan keluarga Paul dan Clara Jobs, yang saat itu memang kesulitan memperoleh anak. Bayi tersebut kemudian diberi nama Steve.
Dalam membesarkan anak yang mereka adopsi, Paul dan Clara Jobs, memberikan cinta kasih penuh dan juga cara-cara mendidik, yang nampaknya sangat berdampak pada Steve Jobs dalam menghasilkan karya-karya akbar-nya di kemudian hari. Inilah kiat-kiat tersebut :
1. Menyatakan segala sesuatunya secara jujur, dan apa adanya
Sejak kecil, Steve sudah diberi tahu secara jujur bahwa ia adalah anak hasil adopsi dan bukan anak kandung. Steve kecil sempat merasa sedih dan terpukul sewaktu teman-teman SD-nya mengolok-olok dirinya bahwa, "kamu adalah anak yang dibuang oleh orang tua aslimu". Sewaktu Steve pulang dari sekolah menangis, sang ayah menatap matanya dan berkata dengan sangat perlahan-lahan, sambil memberikan penekanan pada setiap kata bahwa, "kami memilih kamu secara khusus”. Rasa terbuang tetapi terpilih, adalah perasaan yang melatar-belakangi banyak strategi, iklan dan produk Apple seperti ”think different”. Mengritik dan berkata secara jujur, terhadap misalnya produk-produk Apple yang jelek ataupun karya staff-nya yang mediocre, adalah sifat Steve yang akhirnya menjadi sangat legendaris.
2. Menekankan bahwa setiap anak adalah istimewa (special)
Orang tua angkat Steve, sangat yakin bahwa Steve mempunyai keistimewaan. Sewaktu di Taman Kanak-Kanak, Clara sang ibu angkat, telah berhasil mengajarkan Steve untuk bisa membaca dan berhitung. Sehingga sewaktu Steve sekolah di SD, sering ia merasa bosan karena sudah menguasai pelajaran yang diajarkan oleh guru-guru SD-nya. Kebosanan ini mendorong Steve untuk melakukan kenakalan-kenakalan di kelasnya dan mengakibatkan Clara dipanggil ke sekolah. Namun Clara, bukannya menghukum Steve, tetapi justru menyampaikan kepada pihak sekolah, untuk lebih memberikan tantangan-tantangan baru kepada Steve. Sehingga pada saat ia duduk di kelas 4 SD, gurunya berhasil memberikan tantangan tambahan kepada Steve untuk mengerjakan soal-soal pelajaran kelas-kelas yang jauh diatasnya. Cara sang guru adalah – menyuap Steve dengan permen. Lama kelamaan Steve tidak perlu disuap lagi dan dalam waktu singkat sudah mengerjakan soal-soal untuk pelajaran tingkat SMP. Cara-cara ini membuat Steve merasa bahwa ia seseorang yang istimewa (special). Itulah sebab-nya karya-karya Steve di hari tuanya, juga selalu terkesan ”special”.
3. Menciptakan lingkungan belajar dan mengutamakan pendidikan anak, diatas segala-galanya
Banyak buku-buku pendidikan mengatakan bahwa ”titik balik” seorang anak adalah disaat ia menduduki kelas 4 atau kelas 5 SD. Bila pada kelas-kelas tersebut, seseorang anak menjadi anak yang tekun dan pandai, maka ia akan sukses di hari tuanya. Teori ini nampaknya berlaku juga pada Steve. Dalam bukunya, Steve menyampaikan bahwa ia bisa-bisa menjadi anak yang bandel, bila ia tidak bertemu dengan guru kelas 4 SD-nya. Namun karena berkat bimbingan gurunya dan ketekunannya, Steve justru berhasil melompat ke kelas SMP. Namun SMP yang ia masuki adalah SMP yang sangat jelek dan tempat para anak-anak nakal bersekolah. Steve sangat sering mengalami Bullying.
Sehingga Steve kemudian mengultimatum kepada kedua orang tuanya, untuk pindah ke sekolah yang lebih bagus dan lebih aman, walaupun letaknya lebih jauh dari rumahnya. Tanpa diduga oleh Steve, kedua orang tuanya mengeluarkan seluruh simpanannya untuk bisa melakukan tukar-tambah membeli rumah baru di Los Altos. Dari rumah barunya, Steve bisa lebih dekat bersekolah di SMP yang lebih bagus. Lingkungan yang baik inilah yang juga nantinya membawa Steve berkenalan dengan tokoh-tokoh Teknologi Informasi dunia seperti Paul Lang. John McCollum dan Bill Hewlett (CEO HP) yang banyak menginspirasi dirinya. Nantinya dari garasi rumah di Los Altos inilah, komputer Apple pertama di dunia, akan dibuat.
4. Mengajak melakukan kegiatan bersama-sama
Paul, ayah angkat Steve, adalah seorang mekanik kapal (lihat foto dikanan dengan Steve kecil) yang kemudian menjadi ahli bongkar pasang mobil. Banyak sekali kenangan Steve bekerja bersama-sama ayahnya untuk membongkar beragam mobil. Walaupun ia tidak suka mesin, Steve mulai belajar banyak tentang elektronik dari sistem perlistrikan di dalam sebuah mobil, disaat ia bekerja bersama ayahnya. Paul juga mengajak Steve mengerjakan pekerjaan-pekerjaan di seluruh rumah, seperti pemasangan pagar-pagar kayu di sekeliling rumahnya. Dalam berbagai kesempatan, Paul selalu mengingatkan Steve, untuk terus memperhatikan pengerjaan pada bagian belakang pagar (yang tidak terlihat dari depan rumah). Ajaran-ajaran untuk memperhatikan rancangan, pada bagian yang tidak terlihat inilah, yang terpatri dalam ingatan Steve, saat ia membuat produk-produk iMac, iPad, iPod dll.
5. Mengajarkan untuk berhemat dan bekerja untuk mendapatkan uang
Paul, ayah angkat Jobs, mendukung Steve sejak ia SMA, untuk bekerja di assembly line Hewlett-Packard, menjadi tukang koran ataupun menjadi pelayan di toko elektronik Haltek. Di toko Haltek inilah ia mulai mendalami harga dari setiap produk-produk elektronik. Sering ia bepergian mencari alat elektronik bekas yang masih bagus dan menjualnya di Haltek. Dengan bekerja dan mengumpulkan uang, akhirnya Steve, bisa membeli mobil Fiat 850 coupe. Tetapi dengan memiliki uang, Steve juga kemudian mulai ber-eksperimen dengan Marijuana saat SMA. Dalam bukunya, Steve mengenang, satu-satunya saat Paul sangat marah kepadanya, sewaktu ia menemukan marijuana di kamar Steve.
Itulah beberapa catatan yang saya bisa sarikan dari buku Steve Jobs. Tentunya tidak semua orang tua bisa mendidik anaknya menjadi seorang genius dan juga inovator dunia seperti Steve Jobs. Namun mungkin kiat-kiat diatas bisa mengarahkan anak-anak kita menjadi lebih baik dan bisa mencapai potensi mereka yang tertinggi. Demikian tulisan ini dan mudah-mudahan ada manfaatnya.
Salam Hengki
Nb : Foto-foto adalah hak cipta dari Buku ”Steve Jobs” karangan Walter Isaacson