Minggu, 16 Juni 13 - oleh : Triharyo Soesilo | 2 komentar | 7140 hits
Untitled document
Saya tidak bisa berkomentar banyak tentang kepiawaian berpolitik seorang Taufiq Kiemas, misalnya dengan 4(empat) pilar kebangsaaan yang terus ia masyarakatkan. Namun dengan berpulangnya beliau ke pangkuan Allah SWT, saya teringat tentang sebuah kejadian, yang melibatkan diri saya dan Taufiq Kiemas pada tahun 2002. Sebuah kejadian yang cukup unik, tetapi cukup bersejarah (minimal buat diri saya).
Pada pertengahan tahun 2002, Megawati telah menjadi Presiden RI selama hampir setahun lebih. PT Rekayasa Industri sedang mengikuti tender pembangunan kilang Blue Sky di Balongan milik Pertamina. Suasana reformasi sedang mewabah ke pelaksanaan tender-tender kilang raksasa di Indonesia. Di era Presiden Soeharto, tidak mungkin PT Rekayasa Industri bisa ikut tender di Pertamina, lulus pra-kualifikasi-pun tidak pernah. Perhitungan saya saat itu, inilah saatnya putra-putri Indonesia memberanikan diri membangun kilang minyak, untuk pertama kalinya dalam sejarah bangsa
Kebetulan Menteri Perindustrian Luhut Pandjaitan, yang saya kenal sejak SD, dan juga Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro, ikut mendorong terobosan ini. Singkat kata, PT Rekayasa Industri akhirnya lulus pra-kualifikasi dan bisa ikut tender untuk membangun kilang minyak, yang akan memproduksi bensin Premium dan Pertamax tanpa timbal. Saat itu kami harus bersaing keras dengan perusahaan-perusahaan EPC Internasional dari seluruh dunia.
Sesaat setelah PT Rekayasa industri memasukan penawaran, saya kemudian mendengar rumor bahwa salah satu perusahaan EPC asing sudah mendapat “restu” dari Taufiq Kiemas untuk memenangkan proyek ini. Jadi kami disarankan untuk mundur saja atau bakalan pasti kalah. Demikian rumor atau gosip saat itu. Namun karena mungkin saya masih sangat naif dan juga mungkin karena masih sangat muda, maka saya tidak mau percaya begitu saja. Pikiran saya saat itu adalah, apa bedanya era reformasi dengan era orde baru, kalau pakai restu-restuan dari keluarga Presiden. Saya bertekad untuk membuktikan sendiri, rumor ini betul atau salah. Sehingga dimulailah sebuah upaya unik untuk bisa bertemu Taufiq Kiemas, walapun saya tidak pernah mengenal beliau sebelumnya.
Tentu bisa dibayangkan betapa sulitnya menemui beliau, karena Taufiq Kiemas adalah suami Presiden RI, yang pertama dalam sejarah. Protokol serta penjagaan suami Presiden, saat itu terasa sangat ketat. Melalui berbagai upaya yang tidak sederhana, akhirnya saya bisa ikut dalam pesawat rombongan Presiden RI dari Jakarta ke China. Saya duduk di bagian belakang dan tentunya keluarga Presiden di kelas VVIP pada bagian depan pesaawat. Menurut informasi dari Protokol, Taufiq Kiemas biasanya sering berjalan-jalan ke bagian belakang dan mengobrol dengan wartawan dan juga anggota rombongan lainnya.
Ternyata peluang tersebut betul-betul terjadi. Saat Taufiq Kiemas berjalan ke bagian belakang pesawat dan menyapa para wartawan dan rombongan, saya langsung “ngocol” dan memperkenalkan diri. Ia tentu tidak tahu tentang PT Rekayasa Industri. Lalu saya menjelaskan sekilas mengenasi perusahaan kami dan karena waktu tidak banyak, saya langsung bertanya, “Apakah bapak tahu tentang tender proyek Blue Sky Balongan ?”. Beliau langsung menjawab, “apa itu....Blue sky....Blue sky”. Saya teringat beliau sampai mengulang kata Blue sky 2(dua) kali. Saya jelaskan singkat tentang proyeknya dan beliau tetap bilang tidak tahu. Bisa dibayangkan betapa gembiranya saya saat itu, setelah menerima konfirmasi tersebut secara langsung.
Turun dari pesawat saya tidak melanjutkan mengikuti rombongan, tetapi langsung kembali ke Jakarta dan menyampaikan kepada team kami, bahwa rumor atau gossip tentang “restu” Taufiq Kiemas sama sekali tidak betul. Proyek ini adalah tender terbuka dan kompetisi bebas. Sehingga, syukur alhamdulilah PT Rekayasa Industri akhirnya mampu memenangkan proyek ini dan menyelesaikannya dengan baik. Setelah sukses memproduksi bensin tanpa timbal, Presiden RI kemudian menghadiahkan penghargaan “Rintisan Teknologi” kepada team PT Rekayasa Industri, karena inilah kilang minyak pertama yang dirancang dan dibangun oleh Putra-putri Indonesia (lihat foto team Pertamina dan team Rekayasa Industri).
Sabtui malam 8 Juni 2013, saat mendengar berita Taufiq Kiemas meninggal, saya terkenang akan peristiwa 11 tahun yang lalu dan mengucapkan doa untukNya. Selamat jalan pak Taufiq Kiemas. Semoga diterima disisi Allah SWT dan diampuni dosa-dosanya. Amien YRA.
Para pencari fee pasti yang sibuk dengan proyek ini, sehingga membawa-bawa nama suami presiden untuk menakut-nakuti kompetitor yang dia unggulkan untuk menang.
Maju terus Pak Hengki dengan terobosannya. Saya juga berharap PLTP Liki Pinangawan di Muaralabuh, Solok Selatan, yang juga kampung saya, segera dimulai lagi pembangunannya.
Sukses selalu.