Pengadaan peralatan Industri Alutsista di tahun 2008 yang saya ketahui
Sabtu, 09 Februari 08 - oleh : Triharyo (Hengki) | 2 komentar | 6026 hits
Rekans
Dengan kecelakaan marinir dan kondisi Alutsista di Indonesia, saya membuka catatan rapat di Departemen Perindustrian tentang anggaran Alutsista di tahun 2008. Rapat tersebut diadakan pada Januari 2008 dan dihadiri oleh Dirjen Peralatan pertahanan dan Dirjen Sarana Pertahanan dari Dephan, Dirjen Deprind dan para pimpinan BUMN dan perusahaan yang menangani Alutsista. Walaupun PT Rekayasa Industri tidak berperan di Industri ini, namun saya tertarik untuk megnikuti dan mengetahui apa yang dibahas dalam program Industri Alutsista Indonesia, khususnya untuk tahun 2008.
Berikut ini beberapa informasi yang saya catat pada pertemuan tersebut:
Anggaran untuk Program Alutsista di 2008 dari APBN adalah Rp 4.2 Triliun (tidak termasuk dana dari Kredit Export)
Dana yang disalurkan ke BUMN Industri strategis (BUMNIS) sekitar Rp 2.1 Triliun
Kebijakan pemerintah saat ini adalah mengutamakan produk nasional. Sebagai contoh pembelian pesawat terbang Skytrack (import) dibatalkan dan diminta PT DI untuk lebih berperan untuk memproduksinya.
Pihak Departemen Pertahanan meminta jajaran BUMNIS tidak mengulangi pengalaman PT PAL yang pada awalnya bersemangat untuk membuat kapal corvette produk lokal, ternyata akhirnya tidak bisa mendeliver.
Untuk tahun 2008, PT Pindad diminta untuk membuat panser 150 buah dengan harga sekitar Rp 6.23 milyard per buah dengan delivery Oktober 2008. Dilaporkan oleh PT Pindad bahwa mereka masih mengalami beberapa kendala seperti mesin Renault, plat baja anti peluru dari Krakatau steel dan Gear khusus dari Texmaco.
PT Dirgantara Indonesia akan memasok 2 buah Super Puma pada tahun 2008 dan 1 buah di 2009. Selain itu memasok suku cadang pesawat senilai Rp 27.9 Milyard dan juga mulai mengirim pesawat CN-235MPA
Beberapa perusahaan seperti PT Wijaya karya, PT Pindad dll akan secara bersama-sama memasok 150 buah jembatan Bailey di tahun 2008 ini.
Saya melihat bahwa para Dirjen dari Departemen Pertahanan sangat berperan menentukan peralatan yang akan dibeli. Pihak Deprind berperan untuk mempertemukan dan mengkoordinasikan kebutuhan Dephan dengan para pengusaha dan Industriawan nasional. Saya memperoleh kesan bahwa para pemain industri Alutsista di Indonesia sangat terbatas pada BUMNIS seperti PT PAL, PT Pindad, PT DI, PT LEN dan sedikit perusahaan lainnya. Padahal pemerintah sedang mendorong produk lokal di industri ini.
Bagi mereka (khususnya alumni ITB) yang mempunyai produk industri Alutsista, saya usulkan untuk mempromosikan diri dan menghubungi Pak Budi Darmadi (MS 76) selaku Dirjen Transportasi dan Telekomunikasi di Departemen Perindustrian.
1. terus maju indonesia Jumat, 25 Juni 10 - oleh : adi
coba dipertimbangkan tentang pengadaan kapal selam,indonesia negara kepulauwan,masa haya punya 2 kapal selam itupun umurnya dah tua,beli ama rusia kapal selam nuklir,jdi ga pusing lagi mikirin bahan bakarnya...paling tidak kita jangan ketinggalan ama tetangga sebelah...alutsita yang dah tua jgn digunakan..bikin panjang daftar..korban..kecelakaan...t hanks..
2. Makin tua makin Jadi Sabtu, 04 September 10 - oleh : Jumadi yunus
Ga sah takut bangsa indonesia..walaupun ALUTSISTA kita banyak yg berumur tpi itu semua udah di modifikasi lagi..dan Infrmasi yg sebenarnya ga kan di sampaikan begitu aja kepada Khlayak rami karna RAHASIA NEGARA.